1965, Bahasa Indonesia, Indonesia

Maulwi Saelan Buka Cerita Lubang Buaya 1965

Radio Nederland Wereldomroep, 01-07-2008 https://www.mail-archive.com/ppiindia…/msg64878.html http://www.ranesi.nl/…/indones…/cerita_lubang_buaya20080\701 <http://www.ranesi.nl/…/indonesi…/cerita_lubang_buaya2008\0701> Lagi-lagi penulis Belanda Anthony Dake dihujat. “Hij is een grote leugenaar en viezerik (Dia pembohong...

Written by Aboeprijadi Santoso · 2 min read >
republika.co.id.

Radio Nederland Wereldomroep, 01-07-2008 https://www.mail-archive.com/ppiindia…/msg64878.html http://www.ranesi.nl/…/indones…/cerita_lubang_buaya20080\701 <http://www.ranesi.nl/…/indonesi…/cerita_lubang_buaya2008\0701>

Lagi-lagi penulis Belanda Anthony Dake dihujat. “Hij is een grote leugenaar en viezerik (Dia pembohong besar dan menjijikkan),” demikian Kolonel Maulwi Saelan, mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa yang mengawal Presiden Soekarno. Saelan, 83 tahun, mematahkan teori Dake bahwa dirinya pada 29 September 1965 menyiapkan penguburan tujuh jenderal, dan pada 3 Oktober 1965 menghilangkan jejak mereka di Lubang Buaya.

Padahal, Saelan menemukan saksi polisi Soekitman pada 30 September, dan pada 3 Oktober lebih dahulu menemukan Lubang Buaya, ketimbang pasukan RPKAD. Sabtu lalu, Saelan meluncurkan bukunya “Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66”. Berikut ini tutur Maulwi Saelan dan keterangan sejarawan Asvi Warman Adam kepada Radio Nederland Wereldomroep di Jakarta.

Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: Dia menuduh Pak Saelan, pada 29 September berangkat ke Halim dengan rencana?

MS: Begini, kita menemukan seorang polisi di Halim yang berkeliaran, diambil oleh pasukan kita, diinterogasi. Dari situ kita tahu bahwa (terjadi) pembantaian dan di mana ditanamkan jendral-jendral itu. Itu ada di lubang kecil sumur dekat pohon besar. Nah, pada tanggal 3 itu Bung Karno memanggil saya, sebab dia paling sayang pada Yani. Bung Karno memerintah saya untuk mencari itu. Oke, saya berangkat ke Lubang Buaya.

Di sana saya harus via piket. Dengan piket diantar ke Lubang Buaya. Saya di sana terus saya lihat betul itu ada pohon besar, itu ada pondok, di sini ada sumur. Kita kan tidak memiliki tenaga dus kita minta penduduk untuk bantu menggali ini. Kemudian tidak lama sewaktu saya ketemukan itu, datang pasukan Santoso dan RPKD plus Letnan Bari ajudannya itu, plus Kitman. Dus berarti saya sebetulnya lebih dulu di sana bukan mereka.

Tuduhan

RNW: Jadi ini hanya reka-reka Dake, Pak Saelan merencanakan segala sesuatu?

MS: Benar, itu hanya reka-reka supaya dikaitkan dengan G30S. Bukan saja saya, tapi seluruh Bung Karno termasuk.

Asvi Warman [AW]: Pertama mengenai tuduhan Dake bahwa Pak Maulwi Saelan ini sudah datang ke Halim, ke Lubang Buaya itu pada tanggal 29 September tahun 65. Dan Saelan mengatakan bahwa tidak benar itu. Dake menuduh bahwa tanggal 29 September itu Maulwi Saelan sudah mempersiapkan sebuah rumah di Halim untuk tempat istirahat Bung Karno. Lalu mengenai penggalian jenazah pada tanggal 3 Oktober tahun 65, ada tuduhan bahwa [Maulwi-Saelan3-150.jpg] Maulwi Saelan itu sengaja diperintah oleh Bung Karno untuk menghilangkan jejak. Jadi, artinya, untuk menghilangkan jenazah para jenderal itu. Tapi ini tidak benar, karena dia yang datang pertama ke tempat itu.

Dan kemudian juga di dalam buku ini diungkapkan bahwa patroli pasukan Tjakrabirawa menemukan Soekitman, polisi yang pada tanggal 30 September itu secara kebetulan ditangkap. Nah, kemudian pada tanggal 1 Oktober polisi ini ditemukan oleh Tjakrabirawa, diinterogasi dan kemudian polisi ini diserahkan ke Kodam Jaya. Artinya, ..  kalau memang mau menghilangkan jejak, polisi ini kan langsung dibunuh saja begitu. Dengan informasi dari polisi ini, tentunya Tjakrabirawa sudah mendapat keterangan kira-kira di mana jenazah itu dibuang atau dikuburkan. Begitu.

Nah, .. tapi dengan menyerahkan Soekitman ini ke Kodam Jaya supaya diproses lebih lanjut tudingan menghilangkan jejak itu, jelas tidak masuk akal.

RNW: Dengan begitu pak. Saelan melalui buku ini telah membuktikan pemutarbalikan oleh Dake?

AW: Ya, jelas. Mengherankan, Dake mendapat informasi itu dari mana gitu.

RNW: Kemudian Dake ini juga mengatakan bahwa Pak Saelan sudah menyiapkan kuburan-kuburan untuk para jenderal?

Situasi

MS: Itu bohong menjijikkan. Mana ada tenaga untuk menggali dan sebagainya. Sedangkan untuk menggali sumur saja, kita minta penduduk. Bagaimana saya bisa merencanakan itu, ndak mungkin.

AW: Dan kemudian kedatangan Bung Karno pada tanggal 1 Oktober itu kan, tidak direncanakan ke Halim itu.

RNW: Menyelamatkan Bung Karno. Inisiatif siapa Pak?

MS: Begini, situasi sedemikian rupa bahwa kita tidak tahu situasinya. Saya katakan kepada pasukan saya, coba cari hubungan dengan panglima angkatan, yang hanya ketemu panglima AURI. Saya katakan kepada Bung Karno ada pilihan begini, begini. Oh, ya, lebih baik ke Halim di situ ada jetstar kita, untuk menyelamatkan, (itu) jetstar kan. Terus ada panggilan. Kita lihat ada panglima di situ dengan stafnya. Dus kita balik ke kantornya panglima pada waktu itu si Omar Dani di depan kantor itu.

RNW: Mengapa presiden Soekarno ketika itu memilih sudah di Halim saja, bukan ke Jawa Tengah?

MS: Kalau ada apa-apa kita bisa terbang ke mana pun bisa kan dengan jetstar itu. Ini kan SOP Standard Operating Procedure.

RNW: Tjakrabirawa adalah bagian dari tentara. Artinya di mata tentara yang menghabisi PKI, Tjakrabirawa adalah musuh dalam selimut?

MS: Pasukan saya terdiri daripada empat angkatan. Masing-masing angkatan harus sudah menselek(si) sendiri supaya mereka steril, termasuk Untung ini. Untung sendiri itu dipertahankan oleh pak Harto dari Banteng Raiders Tjakrabirawa.

RNW: Jadi Untung pilihan Pak Harto?

MS: Ya, disenangi oleh Pak Harto dan jenderal Yani. Tapi, ke bawah, dia ada hubungan dengan Aidit dan sebagainya kita nggak tahu.

Referentie

https://www.republika.co.id/berita/mu1hkb/maulwi-saelan-bung-karno-terkejut-dengar-penculikan-jenderal

Written by Aboeprijadi Santoso
Independent Journalist in the Fields of Anthropology, Political History, Political Science and Social History. Formerly with Radio Netherlands. Profile