1965, Bahasa Indonesia, Indonesia

Sobron Aidit: “Soeharto itu Mantan Diktator Paling Beruntung”

Artikel ini semula terbit dan disiarkan Radio Nederland Seksi Indonesia, Gema Warta, pada 10 Mei 2005. Juga terbit di http://ppiindia.yahoogroups.narkive.com/7nkO2mD3/soal-mencium-soeharto-lain-fatwa-lain-sobron Daftar hadir...

Written by Aboeprijadi Santoso · 2 min read >

Artikel ini semula terbit dan disiarkan Radio Nederland Seksi Indonesia, Gema Warta, pada 10 Mei 2005. Juga terbit di http://ppiindia.yahoogroups.narkive.com/7nkO2mD3/soal-mencium-soeharto-lain-fatwa-lain-sobron

Daftar hadir para tokoh nasional yang bermunculan untuk menjenguk mantan Presiden Soeharto di rumah sakit, akan menjadi kesaksian sejarah yang menarik. Yang unik: tokoh politik Islam A.M. Fatwa, yang pernah dihukum 18 tahun penjara oleh Orde Baru, bahkan merasa iba. Dia memberi Soeharto apa yang disebutnya “ciuman kemanusiaan”. Sebaliknya, Sobron Aidit, salah satu tokoh yang dibuang Orde Baru, merasa sulit untuk memahami makna ciuman itu. Soeharto, baginya, adalah mantan diktator yang bernasib paling beruntung.

“Itu ciuman kemanusiaan,” ujar A.M. Fatwa di Jakarta.

AM Fatwa [AMF]: “Ya saya kira itu kewajiban kemanusiaan tanpa ada pertimbangan sekat-sekat politik. Malah justru kalau agama itu perintah, diwajibkan kita menjenguk orang sakit. Dan bagi saya meskipun rezim Soeharto pernah menghukum saya 18 tahun, saya tidak ada menaruh dendam sedikit pun. Karena itu adalah masalah politik “.

Radio Nederland [RN]: “Beberapa tahun yang lalu di depan gedung pengadilan, ketika proses pengadilan mantan Presiden Soeharto, Pak Fatwa juga berteriak “gantung Soeharto, gantung Soeharto!”, bukan?”

AMF: “Oh saya kira istilah gantung Soeharto tidak saya ucapkan. Kalau menurunkan Soeharto .. yah itu memang sudah tema perjuangan “.

RN: “Pak Fatwa termasuk yang paling keras berteriak “adili Soeharto!”. Mengapa sekarang begitu iba sampai meneteskan air mata?”

AMF: “Lah saya kemarin itu malah mencium keningnya. Itu cium kemanusiaan saja, dia sebagai orang tua yang sedang sakit. Kalau persoalan hukum yang sedang dihadapi, ya biarlah itu ada prosesnya.

RN: “Jadi Pak Fatwa setuju apabila Soeharto diadili terlebih dahulu?”

AMF: “Andaikata Pak Harto itu harus diadili dan dijatuhi hukuman, saya orang pertama juga yang mengusulkan supaya diberikan amnesti “.

RN: “Amnesti bagi mantan presiden yang pernah merepresi kelompok Islam, bukan?”

AMF: “Lah itu tidak ada masalah, karena yang penting itu sebenarnya keadilan hukum ditegakkan, dilihat dan disaksikan oleh masyarakat “.

RN: “Pak Fatwa, bagaimana itu dari slogan adili Soeharto menjadi tetes air mata dan cium pipi, dimana itu letak titik baliknya?”

AMF: “Laah itu Pak Harto tempo hari sebagai presiden itu kita memangmenganggap melakukajn sesuatu kekeliruan. Baik di dalam persoalan demokrasi, penyimpangan kekuasaan maupun di dalam KKN. Sekarang dia sudah diturunkan dari kekuasaan dan dalam keadaan sakit. Presiden SBY pada hari ini juga berkesempatan menjenguknya, dan itu dikatakannya juga sebagai kewajiban kemanusiaan “.

RN: “Bagaimana Pak Fatwa mengenang mantan Presiden Soeharto nanti bila sebutlah telah tiada?”

AMF: “Itu adalah ciuman kemanusiaan. Dan dia adalah mantan presiden yang menjalankan pemerintahan dengan sisitim pemerintahan otoriter. Tetapi tidak sampai diadili karena keadaan kesehatannya, saya kira begitu saja “.

Lain lagi komentar Sobron Aidit ketika dihubungi di Almere, Belanda.

Sobron Aidit (SA): “Saya bilang sama Tuhan, Tuhan bagian ini tundalah dulu. Saya belum sanggup. Saya belum sanggup Tuhan. Ini saya ucapkan di gereja di mana-mana “.

RN: “Khusus kepada Soeharto ini bagaimana?”

SA: “Artinya saya bicara begini. Mengapa dan bagaimana saya bisa memaafkan seseorang yang pedangnya masih berleleran darah, belum dimasukkan ke dalam sarungnya. Dan kami sampai sekarang tersiksa karena perbuatannya yang lama. Bagaimana saya memaafkan itu. Itu bertanya saya. Dan Tuhan tahu, kalau saya betul-betul memaafkan, itu mungkin belum bersih. Karena apa? Fatwa kan sudah dihukum 18 tahun sudah selesai. Tapi kami sampai sekarang masih ada Tap (MPRS) No.25. Jadi supaya pihak manapun menangkap bagaimana perasaan saya dan bagaimana luka kami. Luka sejarah sama kami itu berat sekali “.

RN: “Bung Sobron kalau mengenang Soeharto ini, bagaimana Bung mau mengkualifikasi seorang Soeharto?”.

SA: “Dalam satu kata: dia ini adalah diktator yang paling bahagia dan paling beruntung di dunia “.

Demikian Sobron Aidit.

Written by Aboeprijadi Santoso
Independent Journalist in the Fields of Anthropology, Political History, Political Science and Social History. Formerly with Radio Netherlands. Profile