Bahasa Indonesia, Indonesia, Papua

Viktor Kaisiepo, ‘Papua Merdeka’, ‘Papua Mandiri’ atau ‘Papua Mabok’

Artikel ini, dengan judul ‘Viktor Kaisiepo, Pejuang Hak Hak Papua Tutup Usia’, pertama kali disiarkan Radio Nederland pada 1 Feb. 2010 http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/viktor-kaisiepo-pejuang-hak-hak-papua-tutup-usia...

Written by Aboeprijadi Santoso · 2 min read >

Artikel ini, dengan judul ‘Viktor Kaisiepo, Pejuang Hak Hak Papua Tutup Usia’, pertama kali disiarkan Radio Nederland pada 1 Feb. 2010

http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/viktor-kaisiepo-pejuang-hak-hak-papua-tutup-usia

Papua kehilangan salah satu putra terbaiknya, Viktor Kaisiepo, 61 tahun, yang tutup usia di rumahnya di Amersfoort, Belanda, Ahad lalu. Aktivis dan diplomat HAM itu pergi saat Papua memasuki momentum yang krusial.

Ketika banyak kalangan pro-Papua Merdeka di rantau bersedia berunding dengan Jakarta, pemimpin pemberontak di Papua, Kellik Kwalik, dibunuh polisi di Papua. Sementara Undang Undang Otonomi Khusus 2001 kandas di tengah korupsi dan pendidikan yang tertinggal. Viktor Kaisiepo tidak serta merta menuntut kemerdekaan, namun mencari berbagai jalan untuk memenuhi hak hak bangsa Papua.

Viktor Kaisiepo meninggal setelah hampir setahun diketahui mengidap penyakit kanker yang fatal. Dia seorang pejuang yang memilih jalan yang cerdas, elegan dan realistis untuk mengejar cita cita memenuhi hak hak bangsa Papua.

Putra Biak dari keluarga Kaisiepo ini mengikuti ayahnya, Marcus Wonggo Kaisiepo, meninggalkan Papua pada 1962. Berbeda dengan banyak rekannya, Viktor melihat banyak jalan bagi Papua. Dia berbicara halus, berdiplomasi di panggung PBB, dan tak segan menemui lawan-lawan politiknya, namun memegang teguh asasnya. 

Belum lama lalu, dia pun menghormati kembalinya pendiri Organisasi Papua Merdeka OPM, Nikolaas Jouwe ke Papua, sebagai hak pribadinya. Namun apabila kepulangan Jouwe itu merupakan suatu misi politik, maka jelas dia sangat menyayangkannya. Demikian tuturnya kepada Radio Nederland.

Viktor Kaisiepo: “Tentu saja Nikolaas Jouwe sebagai simbol di dalam perjuangan Papua Merdeka, ada arti untuk masyarakat Papua dimana saja dan juga di tanah Papua. Tapi itu kan keputusan beliau pribadi. Tentu saja Jakarta naikkan kartunya.

Nah itu tentu saja Pak Jouwe harus pikul konsekuensi dari permainan kartu itu. Ya kartu nasional, kalau bis Pak Jouwe kembali, kembali ke NKRI, meninggalkan bendera sang Bintang Kejora, menjadi warga negara Indonesia, dan masalah ini selesai. Loh tidak mungkin. Karena ini bukan soal perseorangan, ini kan soal bangsa Papua.

Jadi itu salah paham dari pihak pusat kalau dengan jalan ini mau ambil Pak Jouwe untuk kembali ke Papua.

Siapa mau kembali, itu hak saja. Tapi jangan dicampur karena Pak Jouwe atau Pak Kasiepo atau siapa pun juga, mereka-mereka yang mantan tokoh OPM, dicap dengan ‘wah ini sudah kembali ke Ibu Pertiwi’. Ini perjalanan pribadi.

Sikap Pak Jouwe tentu bikin kita sedih, kalau ada political commitment sebelum berangkat. Ini sama sekali tidak ada.”

“Jangan manipulasi

Dengan kata lain, Viktor Kaisiepo memperingatkan Jakarta agar tidak memanipulasi kepulangan Nikolaas Jouwe. Namun juga menekankan bahwa Jouwe juga tidak menyandang misi dan cita-cita bangsa Papua.

Bagi pejuang Papua seperti Viktor Kaisiepo, Papua dewasa ini dalam masa kritis menghadapi tiga pilihan yang disebutnya ‘Papua Merdeka’, ‘Papua Mandiri’ atau ‘Papua Mabok’.

Viktor Kaisiepo: “Maksud saya, kalau kita pusing dalam proses mandiri dan merdeka, kita mabok. Jadi kita harus bedakan, mandiri arti apa, merdeka arti apa. Kalau kita konfusi, hilang jalan dalam dua, timbul Papua mabok.

Itu untuk kita sendiri sebagai pengertian apa yang kita mau capai. Jangan mabok, harus sadar. Kalau mau merdeka silahkan, tapi yang kita butuhkan sekarang, itulah mandiri. Dengan UU Otsus 2001 di situ letaknya diskriminasi positif terhadap orang Papua, di bidang pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi dan infrastruktur.

Dananya cukup, hanya kemauan politik untuk menjalankan itu sampai ini hari mogok. Dari Jakarta tidak ada dukungan yang penuh untuk implementasi UU Otsus.

Kalau kita di kampung, anak-anak kecil sudah tidak berbahasa tanah, bahasa daerah, kita hilang harga diri. Karena bahasa dan budaya itu kita. Jadi guna apa kita berjuang untuk sesuatu, di mana identitasnya sudah hilang. Nah UU Otsus, itu UU reparasi secara positif, memajukan orang Papua.”

Demikian mendiang Viktor Kaisiepo.

Juga disiarkan dalam https://groups.yahoo.com/neo/groups/nasional-list/conversations/messages/111464

Written by Aboeprijadi Santoso
Independent Journalist in the Fields of Anthropology, Political History, Political Science and Social History. Formerly with Radio Netherlands. Profile